Overthinking #3
Happy Valentine's Day
Dear, Satria Telaumbanua
I know there's no Valentine's Day, but this the first time in my life i have someone to celebrate with, so there you go
My first love letter, maybe yours too
Pertama aku akan mencoba menggunakan bahasa Indonesia, mungkin tidak menerapkan EYD tapi mungkin juga iya, kita liat saja nanti Pasti agak berlebihan ya kesannyaa, ya mau gimana lagi, kalau mau ga lebay pakai bahasa Inggris, tapi aku gamau ada makna yg tidak sampai, jadi yaudah bahasa Indonesia aja. Semua memang tentang aku, aku mau kamu tau semuanya. Kamu ga harus baca langsung semua nya, take your time, tapi semoga kamu mengerti. Aku sambil berharap, tau semua tentang aku ga bikin kamu kehilangan rasa penasaran terhadap aku. Dan kalaupun hilang, semoga rasa penasaran bukan yg terpenting.
Hai Sat, karena aku sudah buat kamu badmood kemarin, awal surat ini bakal jadi permintaan maaf aku. Maaf ya sayang. Kamu pernah bilang kalau sekali kepercayaan kamu dirusak, kamu ga akan percaya lagi. Semoga kali ini aku belum merusak kepercayaan kamu ya, eh semoga gaakan pernah aku merusak kepercayaan kamu. Tapi kalau iya dan ada yg berubah antara kita, hmmm, kamu benar-benar orang yg teguh sama pendirian kamu ya. Mungkin ini bedanya kamu dan aku, selama ini aku juga punya pendirian, dan yang aku tahu aku selalu teguh sama pendirian aku, orang lain di kehidupan aku juga dulu melihatnya begitu. Tapi ketika aku cinta sama seseorang, aku bisa matahin pendirian aku sendiri. Dan ternyata aku ga sekeren itu, aku ga seperti intan. Ada hal hal yang ga biasa aku lakukan dan aku pikir aku gaakan lakukan, tapi karena kamu aku mau. Aku bisa melakukan apapun dengan alasan aku cinta sama seseorang. Jadi aku berpikir, mencintai ya seperti itu, orang lain juga sama. Padahal ternyata ya seperti kamu bilang, cara orang berbeda beda. Dan kamu, kamu orang yg kulihat mencintai dirimu sendiri, mungkin aku ada diurutan kesekian. Dan itu benar, untuk bisa mencintai orang lain kamu harus cinta sama dirimu sendiri dulu, dan itu hal yang ga aku lakukan.
Kesalahan aku yang lain, dan yang mendasari semuanya adalah mental aku jelek banget. Kalau selama ini aku ikut banyak kegiatan, punya orangtua yg keras, ikut pelatihan pelatihan untuk bikin mental ku kuat, ya itu semua usahaku, yg sebenarnya masih belum ada hasilnya. Aku lemah banget, dan aku menjadikan kebahagiaanku tanggung jawab orang lain. Kalau kupikir-pikir, apa yang selama ini aku minta ke kamu itu hal hal yg selama ini aku mau sejak kecil tapi ga pernah aku dapat, dan aku malah melimpahkannya ke kamu. Aku kurang bersyukur, selama ini aku merasa kurang disayang, kurang dicintai, kurang diperhatikan, padahal sebenarnya dirawat dari lahir aja udah bukti tapi karena bukan itu yg aku mau, aku mau seperti yg orang orang lain dapatkan, aku jadi selalu merasa kurang. Dan ketika akhirnya aku punya pacar, ekspektasi aku jadi terlalu tinggi, aku selalu minta diperhatiin. Aku jadi menempatkan kebahagiaan aku sebagai tanggung jawab kamu, padahal semua yg ada dipikiranku aku yang atur.
Dan hal penting yg juga perlu kamu tau, Vincent, aku gamau ada yg ditutupin, aku mau kamu tau semua. Aku ga good looking, gapunya kelebihan apapun, aku gapunya karakter, aku benci banget sama diriku sendiri. Kamu lihat aku percaya diri, ya itu usaha, i try to be bukan i am jadi kalau selama ini cara aku mencintai salah, ya emang dari awal salah, harusnya aku cinta sama diriku sendiri dulu baru cinta sama orang lain. Jadi tiap aku suka sama orang, aku selalu ditolak, dan kebanyakan caranya menyakitkan banget, aku ga punya cerita cinta yg bagus kayak temen temen di sekolah ku.
Aku kasih tahu satu satu; (1) Farhan Gema Tekado, tetangga dan teman SD, dulu dia suka sama aku trus aku tolak, eh gantian aku yg suka sama dia, ujung nya aku diajak berantem. (2) Novansetya Kurniawan, temen SD tapi ketemu lagi di SMP dan SMA, dia pacaran sama kakak kelas, pas SMA juga dia komplotannya Mario yg suka ngeledekin aku. (3) Reno Pratama Edi temen SD tapi sekelas terus dari SD sampai SMA, dia juga ngajak berantem pas tau aku suka sama dia. (4) Nelson Bolivia Siregar, adik kelas di SMP, kenal karna pelajaran agama Kristen bareng, dia langsung serang aku bilang aku ga boleh suka sama dia, padahal aku cuma add Facebook nya. (5) M.Sabrang Illalhaq, temen SMP pernah SD bareng , dia pinter dan dia orang pertama yg bikin aku rajin belajar dan sejak saat itu, kelas 3 SMP sampai kuliah nilaiku selalu bagus, sebelum kenal dia ya rata rata aja 7/8/7/8. (6) Bill Clinton Van Basten Hutapea, teman SMP dan SMA, dia yg pertama mau deket sama aku, tapi dia gapernah tau aku suka sama dia dan cowo pertama yg being physical sama aku, ya cuma dirangkul doang sih, tapi ternyata karena dia playboy mesum aja -_- . (7) Vincentius Adrian Marliano, dia seumuran kamu, kakak kelas SMA, ternyata segereja, dan karena dia ketua paskib aku ikut paskib biar dia kenal sama aku, dia kayak artis di SMA, temen cewe dikelasku hampir semua suka sama dia, bahkan di gereja dia dipanggil si tampan, orang kayak aku gak mungkin bisa sama dia, kalau kamu khawatir soal aku sama dia, itu sama aja kayak kamu khawatir aku suka sama Lee Min Ho, ga nyambung, ke dia tuh kayak fans aja, dia jadi ketua apa aja di sekolah sama gereja, dan karena paskib lah dia kenal sama aku, trus dia tau aku suka sama dia, karena semua orang tau, tapi dia orang pertama yg merespon nya baik, bill ga usah dihitung dia punya modus, si vincent bahkan orang pertama yg ga malu kalau dia sama aku diledekin orang orang, malahan masih mau bantu aku ujian. Karena itu aku ga cari orang lain, karena takut ditolak lagi, sakit banget tahu, selama tahun 2012 sampai 2020 ya aku mikir mau bikin dia suka sama aku tapi gabisa, dia kelihatan banget kok ga punya perasaan sama aku, jadi ya aku nyerah, jadi temen aja. Tapi aku sempet suka sebentar (8) Romario Patogian, itu pas bgt ketika dia memutuskan buat musuhin aku, aku malah suka sma dia, aneh bgt, aku sampe diem diem naro coklat kesukaannya di tas waktu pentas nari di SMA, trus waktu valentine aku taruh di kolong meja nya, sama pas dia ulang tahun, aku taru di atas mejanya, setelah itu kita lulus SMA dan ga pernah ketemu atau berkomunikasi lagi. Selanjutnya sama temen kuliahku (9) Yohanes Ardianto, gatau mungkin karena pusing, dia kayak cowo paling bego yg pernah aku suka, aku dulu ga suka bgt sama dia, males malah ngomong sama dia walau kita sekelompok praktek, karena dia songong, kosong tapi mau dihormatin cuma gara-gara dia lebih tua dari kita-kita di kelompok, ya dia seumuran kamu gitu,, tapi karena sama sama seleksi Polisi Mahasiswa, ya terpaksa ngobrol sama dia, lalu kita sempet deket cuma ya jatuhnya aku kayak selingkuhan karena dia pacaran sama teman kita yg juga sekelompok praktek. Pertama kali dalam hidup aku ngaku suka sama orang ya ke Yohanes ini, dia ga nolak tapi ga terima juga karena punya pacar. Tapi dia gamau jauh jauh dari aku, bikin bingung, akhirnya yaudah kita deket lagi, eh dia pergi juga akhirnya, karena katanya aku berlebihan dan mandiri, dan itu di hari ulangtahun dia yang mana aku sampe beliin dia kue di Tebet, dan nabung buat ngasih dia hadiah, ikutan bego sih aku suka sama dia dan galau nya sampai aku gabisa mikir mau buat KTI apa, IPK juga turun, kampret banget harus punya perasaan sama orang itu. Akhirnya aku memaksakan diri buat suka sama Vincent lagi, karena aku gabisa punya tujuan, gabisa punya semangat hidup kalau ga suka sama siapa siapa. Trus kamu muncul, kamu malah bisa kasih yg lebih dari semua orang, kamu bahkan suka sama aku. Kamu kayak hadiah dari Tuhan, ga ngerti lagi gimana ungkapinnya.
Aku mau kamu tahu, vincent yg cuma ngasih respon baik aja aku bisa kayak gitu sama dia, bisa selama itu, apalagi sama kamu. Dia sudah bukan apa apa lagi. Ga bisa dibandingkan lagi sama kamu, karena sudah beda jauh banget. Kamu orang pertama yg baru aku bilang "hi" udah merespon aku padahal aku orang asing. Kamu satu satunya orang yg mau main sama aku. Kamu satu satunya orang yg punya perasaan sama aku. Kamu orang yang ngasih bukti kalau aku ya manusia normal yg bisa dicintai, yg bisa punya hubungan. Aku harusnya bersyukur. Maaf aku suka nyusahin, marah ga jelas, ga percayaan. Aku masih coba beradaptasi, aku ga pernah di posisi ini. Aku terbiasa ditolak, jadi aku ga berani berpikir kalau ada orang yg sayang sama aku. Ya karena ga pernah.
Kamu kalau ingat pasti sering dengar aku bicara seakan akan masa depan aku bukan sama kamu, seakan-akan kita akan putus suatu saat nanti. Bukan aku berniat begitu, sejak awal aku ajak kamu untuk mulai berhubungan memang aku ga menyangka kamu tanya aku untuk serius. Sejak itu aku mikir aku benar-benar mau serius atau ngga. Dan hasilnya, ya aku mau. Sejak itu dipikirkan ku masa depan itu ya sama kamu, semua rencana rencana yg mau aku lakukan di masa depan semua ada kamu nya. Aku ga bisa bayangin lagi gimana kalau kita selesai. Tiap aku merasa marah, aku ga mau pendam itu dan jadi mikir yg buruk buruk, aku selalu coba untuk ingat betapa beruntungnya kenal sama kamu, aku mau kamu tau semua yg aku rasain. Aku mau kamu dengar dan mengerti. Ga perlu selalu kamu kasih aku jalan keluar, aku mau kamu memberi perhatian pada semua yg aku rasain.
Sering ketika respon kamu ga sesuai yg aku harapkan, aku sakit hati dan aku pendam sendiri, aku malah jadi berpikir apa ini salah, bukankah seharusnya pacaran ga begini, kenapa aku begini. Dan itu pas banget ketika aku memutuskan untuk block wa kamu, aku merasa apa aku perlu waktu untuk berpikir, karena setiap aku marah, semua respon kamu akhirnya bikin aku ga marah lagi, jadi saat itu aku mau sendiri, aku gamau terkecoh. Aku mau tau apa bisa aku ga sama kamu. Ternyata ga bisa, dan aku ga akan coba coba lagi. Mulai itu aku gamau pendam apa apa lagi, terutama ketika aku marah dan sakit hati. Walau aku akan mudah luluh lagi, yasudah memang seharusnya begitu, karena memang seharunya aku ga marah, aku yg harus bisa atur emosi.
Aku mulai belajar untuk menerima "okay, aku punya masa depan", aku harus percaya sama kamu, kita ga akan pisah. Tapi ternyata ga bertahan lama, ketika aku diingatkan kalau kita beda gereja, aku takut buat mulai membicarakan itu sama kamu. Ingat ga aku ngajak kamu ke tempatku maskeran karena aku mau ngobrol banyak. Aku mau ngobrolin itu, tapi ketika kamu datang, aku takut, sampai lemes, dan badan ku agak panas, dan kubilang aku cuma capek kerja. Sebenarnya aku takut buat mulai ngomong, aku tahu gimana respon kamu, karena kamu punya pride (dan itu salah satu yg buat aku suka sama kamu tapi bikin aku susah juga, kamu punya harga diri, kamu bisa jadi 'pria', memang cowo cowo bucin itu sweet, sampe ngelakuin apapun, kadang kelihatan bodoh, cuma demi cewe. Dan memang every women want to be treated like a queen, but they forget to treat their man like a king, they treat them like a slave, dan memang laki laki seperti itu ga punya sifat seperti seorang raja, dan kamu punya, aku mau diperlakukan istimewa tapi aku gamau lupa untuk perlakukan kamu dengan istimewa juga )
Karena pride kamu, aku takut ga bisa terima dengan jawaban kamu. Dan benar ternyata, kamu bahkan gamau ambil jalan tengah dimana kita tetap di gereja masing masing. Ini bukan tentang siapa yg ikut siapa, bukan tentang siapa yg menjadi kepala, siapa yang jadi kapten. Aku ga akan minta kamu menjadi katolik, itu sebuah kepercayaan, itu pribadi dan aku berharap pasanganku juga ga meminta aku meninggalkan yg selama ini aku percaya. Mungkin bagi kamu semua hanya liturgi. Memang Tuhan mengajarkan cinta kasih, kenapa juga gereja yg dibangun manusia bisa memisahkan dua orang yang saling mencintai. Bagi kamu semua cuma cara berbeda kita memuji Tuhan, tapi bagiku lebih dari itu. Ekaristi yang gaakan aku temukan di gereja lain, sudah jadi penyelamat aku. Memang keselamatan datang dari Tuhan, tapi Ia memberikannya melalui sakramen yg selama ini aku terima, dan aku gamau meninggalkan itu. Aku punya pengalaman sendiri antara aku dengan Tuhan melalui sakramen ini, jadi aku akan terus menjadi Katolik sampai aku mati. Tapi aku juga ga akan bisa cari orang lain. Aku ga menyangka dan gamau memilih antara kamu dan gereja ku. Aku gamau itu jadi pilihan. Aku benci, kenapa ketika aku udah mulai bahagia, lalu ada masalah gini. Memang bukan masalah sekarang, tapi ini akan jadi masalah nanti. Bagaimana kalau kamu akan tetap seperti itu dan aku tetap seperti ini. Aku ga akan mengucap pisah sama kamu, tapi aku takut kamu yang begitu. Karena aku tahu sifat kamu, aku cuma nomor sekian di hidup kamu, aku ga bisa lagi berharap mulus kita punya masa depan. Makanya aku balik lagi, merasa harus siap kalau kita selesai, bukan karena aku berniat begitu, tapi aku takut berharap dan kaget sama apa yg terjadi nanti, kalau kamu memilih pergi. Lagi lagi karena aku terbiasa tidak dicintai, karena aku tidak mencintai diri sendiri sehingga aku ga merasa cukup berharga untuk dicintai, ga cukup berharga untuk mengalahkan harga diri kamu.
Semoga aku ga kehilangan respek kamu sama aku karena aku sangat negatif. Aku juga benci itu, beruntung orang lain bisa pergi kalau benci sama aku, aku ga bisa kemana mana, aku terjebak sama diriku sendiri. Kamu ga ada kewajiban untuk bantu aku belajar mencintai diriku sendiri , untuk bantu buat diriku merasa berharga, merasa layak, tapi aku senang kalau kamu bisa bantu. Aku akan bisa mencintai kamu lebih baik kalau aku sudah membenahi hidupku sendiri. Kamu tamu yang kebetulan datang ke rumahku yang masih berantakan, maaf ya sayang
This is not just talk. It truly comes from the bottom of my heart. I'm consumed by desire to be with you, to talk to you, to feel you near me. I want to hold you, hug you, kiss you, laugh with you, listen to you, cry with you. I want to play, walk, be silence and just be one with you. I think you could become my everything. I know I want to be everything to you.
Fondly as Always, Yours
Brigita Intan Buana Fani 💕
Komentar
Posting Komentar